Sabtu, 09 Juli 2011

Sebuah Ungkapan Akan Diriku Yang Hanya Pengamat

Hei kau yang tenggelam dalam gelap
Hei kau yang merana dalam sesak
Hei kau yang hatinya terluka
Mengapa kau sedemikian terpuruk
Kenapa kau sedemikian menyedihkan?
Bersembunyi dan menangis tanpa suara dalam gelap
Hanya menyisakan sebuah suara isakan sepelan hembusan nafas.
Hei..
Kenapa kau seperti itu?
Meringkuk dalam naungan pembaringan
Meremas dadamu seolah kau ingin merobeknya
Bertahan mungkin dari sakitnya rasa hatimu yang telah terkoyak, terobek-robek bagai daun kering yang terinjak

Hei..
Kenapa kau begitu merana?
Begitu tersiksa seakan jantungmu terobek
Begitu sulit bernafas seakan paru-parumu hilang
Dan begitu lemah bersuara seakan pita suaramu rusak dan hanya bisa merintih

Hei
Apakah begitu sakitnya hatimu?
Sehingga kau hanya bisa terisak dalam diam di kegelapan
Begitu ngilu kah rasa sakitmu?
Sampai hanya suara lirih tertahan dan terputus-putus yang keluar dari mulutmu?

Hei
Kau..
Mengapa sebutan 'kakak' yang keluar dr mulutmu saat itu?
Kenapa kata itu kau ucapkan berulang-ulang?
Meskipun nafasmu terengah-engah
Meskipun kau masih merintih kesakitan
Dan meskipun kau tak lagi punya 'kakak'mu itu!
Apakah begitu berharganya dia!
Begitu berartinya dia untukmu?

Kau tahu!
Aku sesak melihatnya!!
Aku benci diriku yang tak bisa berbuat apapun!
Aku benci!
Meskipun aku bukan 'kakak' yang kau sebut itu
Meskipun aku bahkan tak selalu bersamamu
Hei! Tapi aku peduli padamu!
Aku memperhatikanmu! Aku menyayangimu! Aku juga mencoba memahamimu!
Urgh..
Aku benci hanya sebagai pengamat.
Aku benci tak bisa berperan..
Dan aku benci hanya bisa menopangmu dari belakang..
Ayolah..

Tidak ada komentar: