Rabu, 21 Maret 2012

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin [12.03.09]

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin

terinspirasi dari novel berjudul serupa karangan Tere-Liye


Ketika daun melayang gugur
meninggalkan rengkuhannya pada batang
berpijak dari tempatnya tumbuh
lepas dari naungannya
sendiri terbawa angin yang merenggutnya
membawanya pergi ke tempat yang asing
tak ada lagi bawah bayangan daun-daun lainnya
tak ada lagi sinar mentari yang mengintip melalui celah
tak ada lagi tetes-tetes embun basah menimpanya
dan tak ada lagi suara gemerisik dedaunan lainnya
Melodi itu kini hanya bisikan angin semilir
yang membawanya terbang
dan jatuh direngkuh tanah

Meskipun jika itu semua terenggut
hilang
tapi..
daun yang jatuh tak pernah membenci angin
tak pernah sekalipun berniat menyalahkan
kenapa angin membawanya terbang
kenapa angin merenggutnya
kenapa angin melepaskan rengkuhannya

Daun hanya terbang melayang perlahan
menurun dan terkadang menukik
Engkau yang sedang melayang
kenapa kau tak menyimpan dengki
kenapa kau tak terbalut asa
Ia hanya terus melayang
naik turun perlahan

Angin hanya terus berlalu

pertanyaan itu mengambang
tak terperdulikan

terbawa desir angin dan menghilang lekat di angkasa

Daun itu terjatuh sempurna
menampakkan tiap-tiap goresan nyata gurat tulangnya
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin
karena ia telah membawanya terbang
menampakkan sinar utuhnya mentari
memberinya siraman basah air hujan
memberinya tempat memandang pohonnya dari jauh
dan membawanya melihat melodi semesta
Kini daun tergeletak
terbaring dalam kungkungan tanah basah
membawanya menyatu sempurna
hingga ia akhirnya menjadi sari pohon itu sendiri

Daun yang terjatuh tak pernah membenci angin

Tidak ada komentar: